Elisabetta Illy: Mencicip dan Mencecap Sekali Lagi

Seni Menikmati Kopi
Kenapa mencicip kopi harus dipandang sebagai suatu seni? Tiap aktivitas yang dilakukan manusia bisa gagal total, membuahkan hasil medioker, atau menuai sukses gemilang. Mengubah suatu kesalahan menjadi potensi keberhasilan memang sering tergantung pada seberapa besar keinginan seseorang untuk mencoba lagi, lagi, dan lagi—membangun secara bertahap kemahiran melalui serangkaian uji coba dan kesalahan hingga akhirnya tercapai sebentuk kesempurnaan.
Pencicip profesional menjalankan aktivitas fundamental ini dengan penuh ketekunan dari hari ke hari: mengasah indra-indra mereka dan berupaya mencari cara menguraikan berbagai persepsi baru.
Menjadi pencicip profesional tidaklah semudah yang mungkin Anda kira. Seseorang bisa sampai pada dan dapat meningkatkan satu tingkat kelihaian tertentu hanya lantaran ia berlatih dan berlatih terus. Jadi, berhati-hatilah kepada siapa pun yang menjanjikan bahwa ia dapat menjadikan Anda seorang pencicip profesional melalui satu paket kursus kilat. Memahami seluk-beluk bagaimana mengapresiasi kopi adalah jalan panjang dan butuh latihan rutin setiap hari karena mencecap merupakan proses yang berkait dengan indra-indra maupun otak kita.
Tingkat yang dicapai seorang pencicip biasanya sejajar dengan seberapa besar rasa ingin tahu yang ia miliki, sejalan dengan seberapa besar keinginan kandidat tersebut untuk mencoba lagi dan lagi, serta seberapa persisten dia berlatih untuk dapat menjadi kian cakap. Namun, itu saja belum cukup. Sebab, seorang amatir dan profesional akhirnya dibedakan oleh bakat alami yang dia bawa dan terkait erat dengan unsur genetis yang diturunkan.
Sekalipun begitu, Anda harus mencoba! Semakin sering Anda berlatih, Anda akan semakin puas lantaran melihat perkembangan keterampilan Anda sebagai seorang pencicip. Pada titik ini kami akan memberikan beberapa petunjuk dan informasi sederhana yang dengan amat mudah bisa diterapkan bahkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menjadi panduan praktis dalam menguji rasa kopi.
Langkah pertama ialah menahan godaan untuk menambahkan gula—sekalipun biasanya Anda menuang satu atau dua sendok gula yang memunjung. Dengan tidak memberi gula Anda akan dapat menangkap nuansa subtil, misalnya, antara kopi Kolumbia dan Guatemala.
Agar dapat mengapresiasi perbedaan tersebut, coba bandingkan dua kopi itu dengan dan tanpa gula. Apakah kedua kopi itu masih berbeda?
Sikap mental dalam mencicip kopi sangatlah penting. Perbedaan antara meminum dan mencecap kopi sebanding dengan perbedaan antara mendengar dan mendengarkan ketika seseorang berbicara. Ketika mencicip atau mendengarkan, semua perhatian Anda terfokus pada proses menangkap dan mencerna informasi. Serupa dengan proses tersebut, mulut yang terlatih akan mengirim stimuli dan pesan ke otak—yang akan mengenali dan mengkodekan rangsang dan sinyal tersebut. Jadi, proses mencecap senantiasa melibatkan upaya mental atau proses berpikir.
Alam telah melengkapi kita dengan alat-alat yang diperlukan untuk memahami dan mengevaluasi karakteristik makanan yang kita cicip dan minuman yang kita cecap. Tanpa itu semua ras manusia tak mungkin bertahan. Bayangkan apa yang akan terjadi sekiranya nenek moyang kita tak mampu membedakan antara yang layak makan dan racun. Untung kita punya panca indra.
Tetapi, seberapa jauh panca indra kita terlatih?
Jawabannya adalah: tidak terlalu. Pikirkan sejenak: Apakah Anda masih ingat potret dari masa kanak-kanak atau aroma dan rasa minuman yang kita nikmati beberapa tahun yang lalu? Potret jelas meninggalkan jejak yang lebih kuat, akan tetapi pikiran kita sesungguhnya juga dapat menghidupkan kembali rasa atau aroma tertentu.
Memori bisa bersifat volunter atau pun involunter. Memori bersifat volunter tatkala kita secara sadar mengingat beberapa hal yang terjadi pada masa lampau. Sebaliknya kesan visual, hiduan, atau rabaan bisa membangkitkan begitu saja (atau memunculkan secara spontan) emosi-emosi yang lekat dengannya pada suatu waktu di masa lampau. Oleh karena itu indra penghidu jelas merupakan yang paling gampang membangunkan kembali ingatan yang terkubur. Sekali terindra bau dan aroma terpatri. Pada titik ini kita beralih mengandalkan bantuan otak kita—bank data mengagumkan yang terpasang mati pada tubuh kita dan berisi berbagai jenis informasi terkait situasi-situasi yang telah kita alami selama kita hidup.

Rasa dan Aroma
Citarasa yang terdapat dalam kopi bisa digolongkan ke dalam asam, pahit, dan manis. Orang awam sering kali memberikan label yang keliru pada suatu jenis citarasa dan kesalahan yang paling umum terjadi ketika seseorang membedakan antara rasa asam dan getir.


Pertama-tama, mitos bahwa lidah terbagi-bagi ke dalam wilayah rasa perlu ditinjau ulang. Berbagai macam citarasa dapat diindra seluruh bagian lidah: manis dapat dicecap oleh bagian ujung lidah maupun oleh bagian tengah dan pinggir lidah; dan begitu seterusnya. Yang membedakannya hanyalah derajat kepekaan masing-masing bagian lidah: larutan air dan gula dalam kadar rendah dapat diindra oleh bagian ujung lidah tetapi hanya bisa dirasakan oleh bagian lidah yang lain apabila jauh lebih manis. Secara umum jika Anda meminum sari buah limau Anda merasakan sensasi indrawi yang kuat di seluruh tepi lidah. Itulah asam. Pahit diindra dengan sangat baik oleh bagian belakang lidah. Contoh-contoh rasa lain yang mendapatkan respons cepat dari bagian lidah ini kemungkinan adalah minuman keras herbal, daun tapak randa, atau beberapa jenis obat.
Dengan memperhatikan bermacam rangsang yang Anda terima, Anda akan mampu mengenali dan mengevaluasi intensitas beragam komponen di dalam kopi yang Anda cicip.

Menilai aroma berurusan dengan yang jauh lebih beda-beda tipis. Ada dua langkah untuk mengenali aroma: pertama-tama dengan menghidu kopi (secara langsung atau persepsi ortonasal) dan selanjutnya dengan berkonsentrasi pada sensasi-sensasi yang muncul melulu sesudah cita rasa awal (retrolfaktori atau persepsi retronasal). Sudah terbukti bahwa kita menerima aroma yang berbeda secara ortonasal dan retronasal serta bahwa aroma yang sama dikenali dengan cara berbeda-beda.
Bila perbedaan antara citarasa dan aroma masihlah belum jelas, cobalah eksperimen berikut: tutup hidung Anda rapat-rapat dengan jemari, rasakan satu seruputan kopi dan berkonsentrasilah pada sensasi yang Anda terima. Itulah rasa. Selanjutnya, sebelum Anda menelan, bukalah hidung Anda dan berkonsentrasilah pada pesan baru yang diterima otak Anda. Begitulah Anda dapat mengenali aroma. Anda dapat melakukan teknik yang sama dengan objek yang berbeda; misal sari buah jeruk atau gula. Kesimpulannya, sangatlah sulit membedakan antara persik dan aprikot atau bermacam buah tropis lain dengan hidung yang tertutup rapat.


Lima Indra Sekaligus
Kelima indra kita berperan dalam menikmati kopi. Kesadaran bahwa kelima indra tersebut penting memampukan kita untuk mempersiapkan kopi secara memadai dan mematrikan karakteristik suatu kopi dalam segala kompleksitasnya, apa pun pilihan cara seduh yang diambil. Sudah barang tentu bahwa Anda butuh pendekatan multi-indra untuk mencicip kopi sebab menikmati kopi bukan hanya urusan citarasa: semua indra menerima rangsang selagi kita menyiapkan, menghidu, dan mencecap kopi.
Ketika mendengar gemuruh air dari ketel moka kita tahu bahwa itu pertanda kopi akan segera tersaji. Pada waktu yang sama indra penglihatan kita menilai apakah krema yang dihasilkan sudah memenuhi standar. Indra penghidu jelas merupakan yang paling menentukan dalam mengapresiasi wangi dan aroma kopi sementara papila-papila lidah yang menaksir seberapa manis, asam, atau pahit suatu kopi. Akhirnya indra peraba akan mengukur tekstur dan temperatur makanan dan kepadatan atau bodi suatu minuman. Mari kita lihat bagaimana cara terbaik menggunakan indra-indra kita untuk coba menangkap semua informasi yang terdapat dalam secangkir kopi dan apa-apa saja yang membuatnya kita sepakati sebagai layak minum dan tidak layak minum.
Perbedaan mendasar antara seorang penikmat yang sedang menyeruput kopi pagi dan seorang penguji rasa atau pencicip kopi profesional terletak pada kemampuan untuk mengungkapkan keparakan antara yang saya suka dan yang tidak saya suka dan penilaian yang relatif tidak bias berdasar kriterion-kriterion objektif tertentu yang disepakati oleh orang-orang lain.
Agar mampu menangkap kedalaman rasa serta aroma secara menyeluruh, papila-papila lidah perlu kita atur sehingga berada dalam kondisi yang optimal. Artinya, menjaga agar mulut kita berada dalam kondisi netral atau tidak terkontaminasi—sampai sebelum sesi uji cangkir—dari bermacam hal seperti makanan atau minuman panas, pedas, atau sangat berbumbu, alkohol, serta rokok.
Berkumur menggunakan air putih membantu membersihkan rongga mulut sebelum menerima tantangan baru dan hal itu sering kali dilakukan dari satu uji cicip rasa ke uji cicip rasa berikut. Satu kunyahan beras juga bisa dipakai sebagai cara lain untuk membersihkan papila-papila lidah. Ambil beberapa butir beras, kunyah, dan ratakan di seluruh permukaan lidah. Teknik ini menyegarkan lidah dan mengkondisikannya secara sempurna untuk menyambut uji cangkir yang akan berlangsung.

Mendengarkan, Melihat, Menghidu Espresso
Mari memulai dari pendengaran—indra yang paling jarang digunakan dalam menaksir kopi. Akan tetapi, tanamkan dalam benak Anda bahwa mengupayakan penilaian yang berimbang dalam suatu ruangan yang penuh suara-suara mengganggu akan sangat gampang tercelincir lantaran kita terlalu terbebani oleh beragam rangsang. Lagi pula kebisingan itu sendiri dapat melemahkan konsentrasi, yang dalam hal ini seharusnya terpusat pada isi cangkir yang ada di hadapan.
Mata merupakan indra kita yang paling utama dalam memahami dunia dan tak bisa dimungkiri bahwa penampilan jelas berpengaruh dalam mencicip kopi. Pada tahap ini, kremalah yang kita perhatikan sebab penampilan krema menyimpan informasi kunci apakah kopi tersebut telah dibuat dengan baik atau tidak.
Muncul dan selalu hadir bersama espresso, tugas krema adalah menjaga seluruh aroma kopi—yang tanpa tudung itu segala aroma akan menguar dan hilang di udara. Demikianlah krema berfungsi layaknya tingkap pelindung.
Warna krema merentang dari cokelat tua sampai merah tua dan kadang sampai punya corak merah kersen. Tekstur lorek yang diagung-agungkan itu—warna gelap bergalur-galur yang dihasilkan oleh partikel-partikel mini bubuk kopi yang muncul dalam espresso—merupakan tanda bahwa unjukan itu telah diracik dengan ketelitian empu.
Perhatikan cangkir-cangkir yang ada di halaman ini dan Anda akan bisa tahu apakah espresso yang Anda bikin sudah memenuhi kriteria terbaik yang mungkin dihasilkan.
| a. espresso anom [underextracted]; b. espresso yang sempurna; c. espresso dalu [overextracted]. 

| Krema cerlang merupakan ciri espresso yang anom: asam dan tipis. Ini terjadi lantaran suhu dan/atau tekanan yang terlalu rendah, atau ekstraksi yang terlalu cepat, dan kadang kala merupakan hasil takaran bubuk kopi yang kurang memadai atau gilingan yang terlalu kasar sehingga terlalu cepat mengisi cangkir. 

| Krema gelap yang berlubang di tengah menandakan bahwa espresso tersebut sudah dalu, berarti punya kadar kafeina yang lebih tinggi serta rasa pahit dan getir. Dalam kasus ini, suhu dan/atau tekanan mungkin terlampau panas, proses ekstraksi terlalu lama, atau bisa jadi takaran bubuk kopi kelewat banyak atau digiling terlalu halus sehingga menghambat laju larutan.


















Setelah melakukan penilaian visual atas kopi, kita bisa beralih menuju pemeriksaan olfaktori untuk mengeksplorasi aroma-aroma yang secara langsung dikeluarkan oleh secangkir espresso. Penting untuk mengaduk kopi dengan sendok untuk memecah krema dan menangkap jejak-jejak aroma yang dilepaskan dari larutan espresso secara lebih jernih. Jejak-jejak aroma ini bisa kuat dan dapat pula lemah serta dapat dirinci berdasarkan keeleganan atau pun kejernihan. Atau sebaliknya, berdasarkan tingkat kecemplangan maupun kekeruhannya. Misal, kopi arabika yang berkualitas bagus mungkin mengeluarkan corak aroma karamel, roti panggang, dan madu. Atau bisa juga isyarat beragam corak rasa sitrus maupun floral. Aroma-aroma yang tidak menyenangkan antara lain tengik atau apek, atau meninggalkan jejak bau kayu dan bau karung goni.

Mencecap Espresso
Kini mari beralih untuk benar-benar mencicip espresso.
Pertama-tama sentuhlah untuk tahu seberapa panas minuman yang tersaji. Espresso yang terlalu panas akan menimbulkan lebih banyak getil lidah alih-alih kenikmatan bagi orang yang mencecap.
Pada sisi lain penting pula diingat bahwa kopi sebaiknya serta-merta dihabiskan. Bila dibiarkan mendingin, aroma-aroma akan menguap dan citarasa kopi itu akan kehilangan kepenuhan serta keseimbangannya.
Pencicip profesional menggunakan goûte café, sendok khusus yang gagang dan kepalanya telah dirancang secara tepat agar pencicip dapat mengecap krema dan larutan kopi dalam proporsi yang tepat secara konsisten. Bila tidak punya goûte café, Anda dapat memakai sendok makan apa pun ukuran sedang. Aduk espresso Anda dan ambil sesendok untuk diseruput.
Bila bermaksud untuk meningkatkan responsivitas Anda sebagai pencicip, daripada malu-malu menyeruput dari sendok, Anda dapat menyesap langsung dari cangkir hingga menimbulkan bunyi: mengambil udara dalam jumlah yang cukup bersama dengan larutan sekaligus menciptakan gelembung-gelembung kecil. Dengan cara ini, Anda menghasilkan efek aerosol, menebarkan percik-percik halus kopi ke dalam rongga mulut. Di samping memperlebar area permukaan tebaran kopi dan udara, Anda juga menaikkan langit-langit mulut, membuka jaringan kokoh berserabut yang memisahkan rongga pencecap dan penghidu. Hal ini akan memampukan Anda menerima rasa kopi sepenuh-penuhnya, menggabungkan pengalaman citarasa dan retronasal dalam satu tarikan sebelum Anda menenggak.
Ketika Anda menyesap kopi, tahan kopi itu dalam mulut untuk beberapa detik, biarkan papila-papila lidah memperoleh kesempatan untuk menaksir seberapa manis, asam, dan pahit kopi tersebut.
Kopi yang bagus mengandung sederet panjang aroma yang sedap; misal karamel (wangi gulali atau fudge), aroma roti panggang, aroma floral atau bunga-bunga (termasuk melati dan bunga jeruk mekar), cokelat (kakau matang), dan buah-buahan (misal aprikot, melon, dan persik). Akan tetapi mungkin juga terdapat cacat aroma pada kopi yang diproses dengan buruk atau berasal dari pohon yang berpenyakit. Sangatlah penting untuk juga mewaspadai hal ini sehingga Anda dapat tahu bila celakanya Anda mendapat suguhan kopi dari golongan ini. Untuk aroma-aroma kopi yang dianggap buruk ini, para ahli kopi menggunakan istilah antara lain berkayu atau wudie (serbuk gergaji busuk), serupa karung goni, bayu atau masam (buah yang terlalu matang), tengik (keju kedaluwarsa), bertanah (bau tanah hutan), apek (bau ruang bawah tanah yang lembab), bergabah, dan seterusnya.
Tak hanya punya variasi citarasa dan aroma, kopi juga memiliki bodi tertentu yang dapat diapresiasi melalui persinggungan dengan lidah. Agar dapat memahami yang dimaksud dengan bodi dalam konteks ini, bandingkan antara air putih dan susu fulkrim. Air sangat encer sementara susu terasa kujat di mulut. Larutan memiliki bodi. Demikian pun kopi. Semakin terasa likat, semakin tebal bodi kopi tersebut. Dan karena aroma-aroma itu tersimpan di dalam minyak-minyak yang terurai dalam kopi, biasanya kopi yang sangat beraroma juga berbodi sangat tebal dan terasa berbeledu.
Istilah astringen digunakan untuk menggambarkan sensasi mulut yang terasa kering dan lidah yang terasa tidak mampu secara bebas menjelajah langit-langit—secara khusus kita alami sewaktu memakan buah yang belum matang atau mengunyah biji anggur. Efek ini muncul ketika yang kita kunyah mengandung tannin, zat yang berasal dari sayuran, yang menurunkan kualitas pelumasan air liur. Pengalaman ini sering kali didapatkan ketika kita meminum kopi Robusta atau kopi Arabika yang belum cukup masak.

Aroma Kopi
Sebelum masuk ke tahap uji rasa, secangkir espresso yang baik hendaknya memenuhi beberapa prasyarat-prasyarat berikut: krema yang tumpat dan berwarna merah kecokelatan serta memiliki galur-galur cokelat tua (lorek harimau); keseimbangan yang pas antara asam dan pahit; sederet panjang aroma-aroma yang menggairahkan; bodi yang kukuh dan citarasa manis yang awet; serta pasca-cecap yang menyenangkan.
Tidaklah mudah untuk mendapatkan semua karakteristik tersebut dalam secangkir kopi, sebab tiap-tiap kopi punya ciri khas yang dipengaruhi oleh spesies (Arabika atau Robusta), wilayah tumbuh, dan proses bagaimana kopi itu diolah.
Karakteristik tipikal kopi Robusta antara lain krema yang gelap, kadang kala dengan corak abu-abu, dan gelembung-gelembung yang besar; bodi yang tebal; citarasa yang cenderung pahit; aroma berkayu atau bertanah serta jejak astringen yang menonjol.
Beralih ke ciri kopi Arabika yang berkualitas bagus, dapat dikatakan bahwa campuran kopi Ethiopia menghasilkan bodi yang penuh; keseimbangan yang sempurna; aroma floral, karamel, serta kakao; dan krema yang padat. Varietas kopi Amerika Tengah cenderung menampilkan citarasa asam yang menggugah serta jejak aroma cokelat serta karamel. Kopi Brazil punya bodi yang penuh dan aroma mirip roti panggang yang menyegarkan. Bila Anda mencari kopi yang punya karakter empatik dengan jejak rasa pahit yang menyenangkan; bodi yang penuh; serta krema yang mampat, kopi India merupakan pilihan yang tepat. Sementara bila Anda memburu citarasa pasca-cecap bercorak asam yang kuat serta aroma buah-buahan yang menonjol, tak ada yang lebih bisa Anda harapkan daripada kopi Kenya.
Masing-masing wilayah punya karakter tersendiri dan itu bukanlah hal yang buruk karena tiap orang juga punya preferensi selera yang berbeda.
Rahasia meracik campuran kopi yang sempurna terletak pada proporsi yang tepat dari takaran tiap-tiap biji kualitas nomor satu, sehingga masing-masing menyumbang ciri khas terhadap keseluruhan rasa dan bukan menenggelamkan yang lain. Indra penciuman kita secara sempurna telah beradaptasi untuk dapat membedakan pesan-pesan yang dibawa oleh tiap-tiap molekul dan campuran molekul-molekul tersebut akan menghadirkan perpaduan alih-alih hasil penjumlahan sederhana (satu rasa baru yang kuat).

Kartu Pencicip
Pencicip profesional menguji lebih dari seratus kopi yang berbeda tiap hari dan mereka mampu mengidentifikasi, mengelompokkan, dan mengevaluasi karakter masing-masing dengan ketepatan, sehingga mereka dapat mengisi kartu berisi cek poin ciri-ciri menonjol suatu kopi entah itu positif maupun negatif. Para pencicip ini boleh menggunakan berbagai instrumen sebagai alat bantu kerja; misal goûte café dan kartu pencicip, yang mendedah secara mendetail dan memberi kesempatan kepada pencicip untuk menilai keseluruhan karakteristik kopi.
Akan tetapi akhirnya instrumen yang utama memang otak, yang kita dayagunakan untuk mengenali, mengurai, dan memperhitungkan sensasi-sensasi yang kita terima selama beberapa detik ketika kopi yang kita cicip berada di dalam mulut. Sebagaimana telah disebutkan, perhatian penuh hendaknya dipusatkan pada indra yang sedang bekerja: mata ketika menilai krema, peraba (lidah) ketika mengevaluasi bodi dan getil [bukan getir—penerjemah], pencecap ketika membedakan citarasa manis, asam, dan pahit; serta penghidu ketika menghirup aroma.

Kartu pencicip versi sederhana dimuat dalam buku ini. Harapan kami, Anda dapat menuangkan penilaian Anda secara tertulis. Gunakanlah ketika Anda membandingkan jenis-jenis kopi yang berlainan; misal, campuran Arabika vs Robusta. Anda juga dapat memakai kartu tersebut sewaktu melakukan uji rasa bersama teman-teman—ini akan memberi Anda kesempatan untuk melakukan perbandingan dan tahu sejauh mana opini akan rasa bisa berbeda.
Tentu saja kartu pencicip ini tidak hanya bisa digunakan untuk satu jenis penyajian kopi: kartu pencicip ini juga cocok untuk segala metode seduh, dari moka pot dan espresso hingga filter dan cara seduh yang lain. Catatannya, analisis krema tentu hanya berlaku untuk kopi yang diseduh dengan mesin espresso.
Kami menyarankan Anda mengikuti urutan yang ada di kartu sehingga tahap-tahap yang Anda lakukan berurutan secara logis, dari penilaian atas tampilan suguhan hingga citarasa dan tekstur serta akhirnya identifikasi atas aroma yang muncul. Bila Anda berkesempatan, gunakan kartu pencicip untuk membandingkan kopi yang disiapkan dengan dua metode yang berbeda (misal moka pot dan filter). Anda akan segera mengenali beda bodi, kepahitan, keasaman, dan seterusnya. Sebaliknya, cobalah untuk membandingkan dua jenis kopi yang berlainan dengan metode seduh yang sama dan berkonsentrasilah untuk mengenali perbedaan antara keduanya. Anda akan mendapati bahwa mengikuti langkah kerja kartu pencicip tersebut sangat bermanfaat.
Sumber & Kredit
Illy, Elisabetta. 2013. Aroma of the World: AJourney into the Mysteries and Delights of Coffee, diterjemahkan oleh Julian Comoy. Novara: White Star Publishers. Versi ini diterjemahkan dari edisi bahasa Inggris oleh Ining Isaiyas || Ilustrasi citarasa diadaptasi dari ikon-ikon Cargo dan Cooksmart || Ikon-ikon indra diadaptasi dari Food Marketing Support Service || Foto tiga macam espresso milik Andrea Illy dan diambil dari Paradise Coffee Roaster Brewblog || Kartu pencicip milik Elisabetta Illy.

CONVERSATION

0 komentar :

Posting Komentar