James Freeman: Hari Sangrai di Blue Bottle
Hari sangrai dimulai pagi-pagi sekali. Kopi itu urusan
pra-tengah hari dan umumnya dimulai sewaktu hari masih gelap. Di ruang sangrai
Blue Bottle, juru sangrai datang sebelum yang lain—sebelum para tukang sapu,
sopir-sopir pengantar, barista, ataupun akuntan. Bangun pada pukul 4 pagi itu
sulit. Membuka mata sebelum subuh bukan sesuatu yang gampang. Bagi saya, tak
peduli pukul berapa pun saya mulai tidur, saya selalu merasakan semacam
perasaan ngeri bilamana beker saya berdering pada pukul 04.00 dini hari. Kierkegaard
yang kesohor mengatakan dalam The Concept
of Anxiety: binatang sekadar budak insting dan oleh karena itu mereka tidak
punya tanggung jawab, akan tetapi manusia itu bebas dan oleh karena itu secara
terus-menerus sadar akankah ia berhasil untuk memenuhi tanggung jawab mereka
kepada Tuhan—atau kepada kopi. Sewaktu beker Anda berbunyi pada pukul 4 dini
hari dan tubuh Anda merengek dalam gelap menuntut tidur yang lebih lama,
kegelisahan dan rasa tanggung jawab itu dapat melumpuhkan atau menggerakkan
Anda. Pada tiap jadwal piket pagi mereka, para juru sangrai memilih untuk
menghidupi rasa-perasaan yang mengerikan yang timbul dari kegelisahan,
ketakutan, serta tanggung jawab; dan mereka menghadapi tugas jeri untuk menyangrai
kopi. Keputusan pertama untuk bangun pagi merupakan cermin dari semua keputusan
sulit dan mandiri yang harus ia ambil hingga sisa hari.
Pukul empat dini hari. Itulah
kenapa Bergman menyebutnya sangkala serigala. Akan tetapi kami perlu menyangrai
kopi dan demikianlah Blue Bottle melakukannya.
Memulai Hari
Pada pukul 5, Anda sampai di ruang sangrai. Barangkali juru
sangrai lain sudah datang lebih dahulu, mungkin Anda yang pertama. Sunyi—dan
akan tetap sunyi sampai dua belas jam ke depan. Dan dingin. Yang pertama kali
perlu dilakukan ialah menyalakan mesin sangrai. Saklar-saklar yang terpasang
lebih baru daripada mesin Probat itu sendiri, yang dibuat pada 1950-an, dalam
suatu gaya retro-industrial hampir seperti yang ada di film-film Wes Anderson.
Saklar-saklar itu dingin bila disentuh dan agak susah untuk dihidupkan. Tiap
pagi hal itu terasa mengejutkan. Saklar yang pertama menyalakan motor yang
memutar drum sangrai dan saklar kedua menyalakan api.
Setelah Anda menekan saklar
pertama, muncul deru seiring kecepatan drum berputar untuk menyamai kecepatan
putar mesin. Itulah momen ketidakpastian perdana dari seluruh hari yang akan
penuh dengan momen ketidakpastian yang lainnya. Beberapa detik berlalu dan deru
itu akan berlalu dan berubah jadi dengung ritmis yang kalem—seperti mesin
pengering pakaian yang sudah tua. Itu nyaman sekali dan Anda serasa sedang
minum cokelat panas pada suatu hari yang dingin dan berangin sementara Anda
menunggu celana jin Anda mengering.
Setelah Anda menekan saklar kedua,
akan terdengar suara bising menggeru dan menegangkan selama kurang lebih dua
sampai empat puluh detik dan Anda akan bertanya-tanya akankah ini jadi pagi di
mana si pemantik melempem dan tak bisa menyalakan sumbu. Akan tetapi, pemantik
itu akhirnya menyala—sama seperti kemarin, sama seperti hari-hari yang akan
datang. Lalu muncul desing menenteramkan yang mendatangkan kepuasan kecil untuk
hari ini: mesin sangrai sudah menyala.
Memanaskan Mesin
Selanjutnya, mesin sangrai itu perlu pemanasan. Di Blue
Bottle, mesin-mesin sangrai kami amat sederhana. Bayangkan suatu tabung/drum
kurang lebih seperti yang ada di dalam mesin pengering pakaian; tabung ini
digerakkan oleh motor elektrik dan berputar di atas perapian berbahan bakar
gas. Udara panas bergerak melintasi tabung dan dikeluarkan lewat belakang.
Tabung itu terbuat dari besi cor dan berat. Terkandung massa termal yang besar
dalam tabung ini sehingga butuh tiga puluh sampai empat puluh menit untuk
mencapai suhu untuk menyangrai, tergantung dari seberapa dingin cuaca hari itu.
Namun, apabila Anda berdiri di dekat tabung sangrai itu, Anda akan merasakan
sedikit hawa panas menyebar dari drum itu hanya dalam beberapa menit. Bagi
saya, hal itu selalu terasa menegangkan kendati sebentar, barangkali mirip serigala
zaman prasejarah yang perlahan-lahan beringsut sewaktu kian dekat dengan
perapian manusia gua.
Setelah Anda yakin benar bahwa
mesin sangrai telah menyala dan sedang dalam proses pemanasan, inilah waktunya
untuk membikin kopi. Kini Anda dihadapkan pada keputusan kunci yang lain:
Menyeduh kopi yang baru saja Anda sangrai kemarin tetapi agak mengkhawatirkan?
Atau memilih kopi sangraian Anda yang lain yang Anda rasa meyakinkan? Skenario
terbaik ialah memilih kopi yang Anda khawatirkan dan mendapatinya enak. Yang
terburuk ialah mencoba kopi yang Anda yakin oke tetapi ternyata memunculkan
banyak tanya daripada yang seharusnya. Apakah kopi itu terasa hambar? Tidak
cukup manis? Sekali lagi, kita harus menanggung derita atas pilihan-pilihan
kita sendiri. Sekalipun begitu, kopi tetap harus dibuat.
Sembari menunggu mesin sangrai
menghangat dan menyeruput secangkir kopi, Anda meninjau lembar sangrai. Kantor
telah memasukkan pesanan kopi kemarin dan mencatatkannya di komputer. Kopi
tersebut akan disangrai hari ini dan dikirimkan esok pagi. Anda melihat daftar
pada lembar sangrai dan berpikir soal kopi apa akan Anda sangrai pada mesin yang
mana serta kapan; Anda bermaksud untuk menyangrai kopi yang akan jadi
unsur-unsur suatu rampai (blen: blend)
agar para juru kemas bisa mulai bekerja setelah mereka datang pada pukul 8 atau
sembilan. Mungkin Anda akan menyangrai sebuntal kopi sumatra untuk unsur
beberapa rampai-seduh-manual atau suatu kopi Brazil untuk
rampai-rampai-espreso—suatu yang Anda paham dengan amat baik. Anda menyeruput
kopi Anda. Anda mulai menghitung-hitung dan mulai menimbang buntal-buntal kopi
dalam bajan. Anda mengambil sampel dari sangraian kemarin: memperhatikan
penampakannya, mengidunya, dan akhirnya mengeletuk beberapa biji kopi itu di
mulut Anda dan mengunyahnya layaknya kacang untuk tambul koktail. Uji citarasa
akan dilakukan nanti bilamana sudah lebih banyak orang datang untuk bekerja.
Untuk sementara, rasa biji kopi yang renyah itu bisa jadi indikator kedua
seberapa baik proses sangrai berjalan kemarin. Apakah biji kopi itu enak?
Wangi? Menjanjikan? Anda melihat kembali catatan dari hari sebelumnya dan
apakah ada juru sangrai lain yang telah menyangrai, Anda berusaha untuk
mengetahui apa yang ada dalam pikirian orang itu. Apakah mesin sangrai itu
mengeluarkan suara aneh? Apakah mereka mengalami kesulitan? Apakah mereka
berhasil?
Mengisi Muatan
Kini mesin sangrai sudah mencapai temperatur yang ditargetkan
dan siap untuk menggoreng. Ini bagian yang paling mengasyikkan. Anda mengangkat
bajan dari buntal kopi yang pertama dan menuangkannya ke atas corong. Mirip
miniatur silo, corong itu secara mekanis akan menggelontorkan biji-biji kopi
itu dari todong dan kemudian masuk ke dalam drum. Bilamana Anda telah memencet
tombol [pemutar drum—peny.] dan
menarik tuas pembuka tutup corong, maka akan terdengar suara mesin dari yang
semula cukup tenang jadi gaduh lalu lebih ritmis.
Dalam buku panduan ibu hamil,
dikatakan bahwa rahim itu amat bising. Ada suara yang bergolak ritmis, semacam derau
yang tergolong dalam keriuhan semu (white
noise). Akan tetapi, yang menambah tingkat stres bayi—sekali lagi menurut
buku panduan ibu hamil—bukanlah kegaduhan atau pun derau itu, melainkan
momen-momen non-ritmis tanpa suara. Mesin Probat itu berputar sekitar enam
puluh dua putaran per menit. Ini ritme yang manusiawi—kebanyakan jantung
berdetak pada kecepatan itu, termasuk jantung saya. Sesudah kopi beras masuk ke
dalam mesin sangrai, muncul desing ritmis berulang yang menenangkan. Para juru
sangrai menginternalisasikan ritme dan keriuhan yang menenteramkan ini serta mereka
makin gelisah bilamana kegaduhan itu menjadi senyap. Anda merasa ngeri pada
momen-momen senyap itu—momen yang memperingatkan Anda bahwa sesuatu yang buruk
sedang terjadi atau akan segera terjadi. Namun, pada jam-jam awal sewaktu hari
masih pagi, sebelum orang-orang menyalakan stereo, sebelum mesin-mesin pengepak
dinyalakan, sebelum forklif dihidupkan, sebelum mesin espreso menghangatkan
susu, dan sebelum mesin penyemprot air menyiram trotoar, itulah yang Anda
dengarkan—rahim!
Biji-biji kopi itu akan
tersangrai dalam perpaduan antara panas konduktif (sentuhan dengan drum dan
biji kopi panas itu satu sama lain) dan panas konvektif (aliran udara panas
yang melingkupi drum). Dalam proses ini biji-biji kopi itu kehilangan kandungan
air secara bertahap dan mulai berlangsung reaksi-reaksi kimia; bagaimana
perangai biji-biji itu secara persis ditentukan oleh jumlah panas, udara, dan
kelembapan. Anda tahu bagaimana kopi tersebut harus disangrai, maka Anda
menyetel beker dan kemudian mencatat, menuliskan volume atau berat buntal kopi
sekali masuk, varietas, dan detail-detail penting lainnya.
Sewaktu hari masih dini,
penurunan suhu—temperatur internal mesin sangrai ketika Anda menjatuhkan kopi
ke dalam tabung sangrai—akan jadi sedikit lebih tinggi daripada ketika hari
sudah agak siang lantaran suhu udara kamar sangrai sewaktu pagi dan massa
termal mesin sangrai itu sendiri. Apabila penurunan suhu terlalu tinggi, Anda
akan membakar kopi-kopi itu sewaktu masih dalam kondisi yang amat rentan—pada
suhu ruangan yang dingin dan menyimpan kadar air maksimal. Pembakaran tersebut
akan merampas sebagian vitalitas kopi itu dan membuat tekstur kopi jadi lebih
tipis; jadi penurunan suhu yang terlalu tinggi adalah kabar buruk. Akan tetapi,
apabila penurunan suhu terlalu rendah, itu juga tidak baik. Penurunan suhu yang
terlalu rendah itu akan memperlambat proses sangrai hingga kopi itu akan terasa
hambar. Akibatnya, kopi itu jadi terpanggang dan terkukus dalam suatu kondisi
yang lembap daripada tersangrai.
Untuk tiap varietas, Anda
menginginkan suatu penurunan suhu yang menonjolkan kualitas yang akan
menjadikan kopi tersebut spesial. Misalnya, elevasi bisa bertautan dengan
kepadatan dan biji yang lebih padat, kopi yang berasal dari daerah berelevasi
tinggi, katakanlah dari Etiopia, sering kali terasa lebih enak ketika disangrai
dengan penurunan suhu yang tinggi. Pada sisi lain, kopi berelevasi rendah
semisal dari Brazil, tidak mampu menahan panas sebanyak itu sehingga Anda
sebaiknya menerapkan penurunan suhu yang lebih rendah untuk kopi Brazil
daripada kopi Etiopia.
Di Blue Bottle, sewaktu
menyangrai kopi kami selalu berpikir tentang bagaimana kopi itu akan digunakan.
Kami menyangrai kopi untuk espreso dengan cara yang berbeda (tidak selalu perlu
lebih gelap) daripada kopi yang akan dipakai untuk saring kertas, misalnya.
Kopi yang dipakai untuk kopi rampai sering kali disangrai dengan cara yang
berbeda daripada kopi tunggal nagari. Bagaimana kami menentukan
perbedaan-perbedaan itu didasarkan pada hasil uji citarasa berbagai macam kopi,
eksperimen-eksperiman di laboratorium kopi kami, dan umpan balik para barista.
Kadang kala kami benar-benar butuh kopi yang punya vitalitas yang tidak terlalu
tinggi. Misalnya, kami cenderung memakai kopi Guatemala dari koperasi untuk
rampai-espreso kami. Kopi tersebut amatlah padat, berasal dari eleviasi tinggi,
dan punya vitalitas bawaan yang tinggi. Lantaran proses ekstraksi espreso
menonjolkan kesegaran hingga ke tingkat yang tidak nyaman (bayangkan jus jeruk
bali hangat dalam secangkir cappuccino Anda), kami menyangrai biji-biji kopi
Guatemala tersebut dengan penurunan suhu yang lebih rendah dan waktu yang lebih
lama daripada apabila kami menyangrai dan bermaksud untuk mengkonsumsi kopi
tersebut sebagai kopi tunggal nagari yang diseduh manual. Ingatlah bahwa waktu
sangrai yang lebih lama tidak selalu berarti hasil sangraian jadi lebih gelap.
Hasil sangraian dua profil sangrai yang berbeda bisa terlihat sama persis. Akan
tetapi, yang satu bisa pas buat espreso dan yang satu lagi bisa jadi terlalu tajam.
Ilustrasi bagian-bagian mesin sangrai kopi. Sumber: James Freeman, 2014: 43. |
Menuju Titik Balik
Setelah kopi beras dimasukkan, Anda menunggu sampai kurva
suhu mesin menukik ke dasar, menandai
akhir tahap pertama proses sangrai. Kopi beras memiliki suhu yang kurang
lebih sama dengan temperatur sekitar, biasanya berkisar 16o C di
ruang tak berpemanas di Oakland. Jadi, massa termal biji-biji kopi ini
menurunkan massa termal mesin sangrai dari suhu + 193o C
hingga ke titik terendah—biasanya berkisar antara 82o C hingga 88o
C, tergantung pada cuaca dan volume muatan. Waktu yang dihabiskan untuk
sampai ke titik terendah itu memberitahu kita seberapa banyak energi yang perlu
kita kembalikan kepada kopi tersebut agar dapat tersangrai. Apabila Anda
mencapai titik terendah itu dalam dua setengah menit, itu kurva yang lebih
landai daripada satu setengah menit—yang berarti Anda sedang dalam bahaya
lantaran akan cenderung memanggang kopi itu alih-alih menyangrai. Catatlah
waktu ketika suhu mencapai titik terendah (kunci untuk jadi juru sangrai yang
mumpuni tergantung pada tiga hal: mencatat dengan saksama, manguji citarasa
kopi yang Anda sangrai, dan merawat mesin).
Bilamana suhu telah mencapai
titik terendah kurva, temperatur akan naik dan tugas Andalah untuk menjaga agar
suhu ini naik tidak terlalu cepat. Apabila Anda menyentor panas yang
berlebihan, udara akan tersedot keluar dari drum dan mengeringkan kopi Anda
dengan amat cepat. Anda perlu menaikkan suhu secara bertahap dan teratur agar
bisa sampai pada yang disebut pecah biji pertama.
Pecah Biji Pertama
Pecah biji pertama merupakan istilah juru sangrai untuk
reaksi kimiawi yang terjadi sewaktu kopi mulai mencapai tahap bisa diminum.
Mirip dengan reaksi kimia yang meletupkan berondong jagung, suara letupan,
pertambahan ukuran biji, dan penurunan kepadatan biji yang terjadi pada kopi dalam
tahapan sangrai ini merupakan hasil dorongan molekul air yang terperangkap
dalam biji kopi—yang mendesak ke luar dari dalam biji kopi sewaktu biji
tersebut dipanaskan hingga membobol dinding-dinding sel.
Pada menit-menit awal proses
sangrai tampak tak terjadi perubahan apa pun. Akan tetapi biji-biji kopi itu
mulai memanas dan segera kandungan air mulai terdidihkan. Setelah tiga atau
empat menit, kopi beras yang kecil dan keras itu mulai berubah warna dan
menguar aroma seperti berondong jagung atau jerami basah yang menghangat.
Inilah aroma usia muda, sesuatu yang masih hijau dan lembut. Ini bisa jadi
suatu tahapan penting dalam proses sangrai—bahwa Anda sudah lepas landas dengan
baik. Itu seperti punya anak umur empat tahun yang masih pakai popok tetapi
terlihat menjanjikan. Ini terasa tak berbatas dan positif.
Lantaran biji-biji kopi itu tergodok
dan kehilangan air, pastikanlah bahwa udara juga berputar melewati drum;
apabila tidak tingkat kelembapan drum bisa terlalu tinggi. Sekitar lima menit
setelah disangrai, kopi-kopi itu mulai berubah menjadi kuning keemasan. Pada
beberapa jenis kopi, Anda bisa mulai mencium atribut yang jadi karakter hasil
akhir kopi tersebut pada tahap ini. Pada titik ini, Anda bisa mulai menarik galah
uji (tryer) yang memudahkan Anda
untuk mengambil sampel biji yang disangrai dari dalam drum dan
membauinya—semata-mata hanya untuk suka-suka lantaran itu menguarkan aroma
keberhasilan.
Anda masih akan perlu
menggelontorkan panas dalam jumlah besar, tetapi Anda mulai berpikir beberapa
langkah maju. Anda akan segera berjalan di atas titian tali kencang tak lama
lagi.
Suhu masih terus menanjak dan
biji-biji kopi itu perlahan-lahan menjadi kian cokelat. Aromanya mulai tak
terasa lagi seperti jerami dan roti bakar dan mulai lebih mirip kopi. Biji-biji
itu masih tampak jelek dan berkerut akan tetapi tak lama lagi akan meletup.
Pecah biji pertama merupakan suatu reaksi endotermis, yang tergantung pada
seberapa banyak kopi itu telah menyerap panas; jadi, pastikanlah Anda masih
tetap menambah jumlah panas dalam proses ini. Pada mesin-mesin di toko sangrai
kami, pada kebanyakan biji-biji kopi, pecah biji pertama terjadi pada 9–11
menit perdana. Apabila Anda memperhatikan dengan saksama, titik awal pecah biji
pertama terjadi dengan subtil: satu atau dua letup pelan mula-mula, kemudian
tak terjadi apa-apa selama beberapa detik, lalu beberapa biji meletup
lagi—makin banyak, makin keras, dan kian tak terbendung.
Menjelang pecah biji pertama
kreativitas juru sangrai mulai dibutuhkan. Anda jadi lebih sering menarik galah
uji dan Anda berpikir tentang profil sangrai yang ingin Anda tuju dan hasil uji
citarasa terakhir yang Anda lakukan untuk kopi tersebut. Di Blue Bottle, target
utama menyangrai kebanyakan adalah untuk mengeluarkan vitalitas kopi: suatu profil
citarasa kuat dan utuh yang menampilkan sisi paling memikat dari kopi tersebut.
Rentang waktu singkat selama, sewaktu, dan sesudah pecah biji pertama—kira-kira
total 120 detik—adalah waktu yang paling menyita kita dengan berbagai perubahan
dalam variabel sangrai. Kita ingin suhu kopi tetap naik, tetapi kita ingin
mengaturnya agar naik dalam suatu tingkatan yang amat perlahan. Jika suhu naik
terlalu cepat, momentum akan membawa kopi itu melewati batas yang kita
inginkan. Akan tetapi, apabila tidak ada panas yang cukup, temperatur akan
bertahan pada derajat yang sama untuk waktu yang terlalu lama; atau lebih
buruk, temperatur tersebut jatuh; dan kedua hal tersebut menghasilkan kopi yang
bercitarasa datar serta membosankan. Pada awal proses sangrai, kita mungkin
membiarkan suhu naik sekitar 2,7 derajat Celcius per 20 detik, tetapi menjelang
akhir kita sebaiknya menyiasati agar suhu naik 2,7 derajat Celcius dalam waktu
90 detik sembari tetap menjaga agar kenaikan itu terjadi secara konstan tanpa berlama-lama
atau tergesa-gesa. Apabila kita tahu kita punya momentum yang pas menuju pecah
biji pertama, mengupayakan keseimbangan antara mengerem dan menginjak gas
membantu kita untuk mengelola ketegangan antara mengembangkan kedalaman serta
mengolah citarasa manis.
Pecah Biji Kedua
Pecah biji kedua merupakan istilah juru sangrai untuk reaksi
kimiawi eksotermis yang terjadi setelah pecah biji pertama. Kebalikan dari
pecah biji pertama, pecah biji kedua memproduksi panas itu sendiri—yang bisa
saja menyapu suatu sangraian melewati batas hingga jadi terlalu gelap. Kopi apa
pun yang dilabeli “sangrai Prancis” atau “sangrai Italia” kebanyakan telah
disangrai dengan baik melewati pecah biji kedua. Mengikuti jenis dan kualitas
biji kopi beras yang disangrai serta keterampilan juru sangrai, kopi-kopi itu
akan cenderung berasa roti bakar, dan mungkin juga karbon, daripada rasa muasal
kopi itu. Kendati begitu, bahwa profil citarasa roti bakar yang generik itu
telah menjadi objek hasrat yang sahih untuk suatu selera tertentu dan bahkan
sekalipun kami tidak pernah memilih untuk menyangrai hingga begitu gelap, kami
tidak pernah sinis kepada para pelanggan yang mengartikulasikan ingin kopi
sangrai Prancis.
Mengeluarkan Hasil
Sangrai
Setelah memulai dengan kontemplatif dan penuh kesabaran,
Anda sebaiknya menyelesaikan proses sangrai itu dengan bingkas. Momentum panas
yang terkandung dalam biji-biji kopi itu melarang Anda untuk sekadar mencapai
target akhir suhu. Anda harus memperhitungkan massa termal dan kelembaman itu
sendiri sewaktu berpikir kapan harus mengeluarkan hasil sangraian. Anda harus
mengerahkan konsentrasi maksimal untuk tugas tersebut selama 20 detik terakhir
proses sangrai, terjaga penuh atas berbagai informasi indrawi yang masuk kepada
Anda untuk mengambil keputusan. Yang akan Anda cari ialah sinyal bahwa
biji-biji itu telah mengembang penuh dan aroma menawan yang mengingatkan Anda
pada kopi istimewa terakhir yang Anda cicip. Pada waktu yang bersamaan, Anda
harus berusaha agar posisi di bawah tekanan ini atau kebimbangan tidak membuat
Anda kebanyakan menimbang dan terpaku. Anda harus menarik tuas sewaktu pikiran
dan tubuh Anda bekerja sama dan mengatakan, “Sekarang!” Apabila Anda
mengizinkan pikiran Anda bilang, “Tapi di sisi lain...,” Anda akan tercekat dan
kopi itu mungkin tidak akan menjadi seperti yang Anda harap.
Anda mengeluarkan kopi, lalu
memencet tombol kipas dan lengan perata untuk mempercepat proses pendinginan.
Sewaktu membuka tabung sangrai dan asap mengepul, Anda merasakan panas di wajah
Anda. Penampakan dan aroma kopi itu memberitahu Anda banyak hal apakah
sangraian itu sesuai yang Anda harap atau tidak. Aroma adalah isyarat perdana:
Apakah Anda berhasil? Jika kopi itu beraroma mirip roti panggang pagi hari yang
mewangi dan melingkar-lingkar di koridor serta bisa tercium dari tempat tidur
Anda, berpadu dengan ampas susu bubuk stroberi yang tersisa semalam di samping
kasur, jawaban paling empatik yang Anda dapat adalah iya. Apabila yang Anda idu
adalah aroma roti bakar yang tajam berpadu dengan bau menusuk pelampung kolam
pada suatu siang yang terik, atau aroma asin menyengat kaleng minyak zaitun
murahan yang baru saja dibuka pada suatu pesta yang penuh asap yang mungkin
paling tidak Anda inginkan, maka Anda tahu bahwa Anda belum melakukan yang
terbaik untuk kopi tersebut. Bahkan setelah kopi-kopi itu Anda tuangkan dari
tabung, proses sangrai berjalan terus di atas tampah atau tampi pendingin hingga suhu
turun sekitar empat menit kemudian, akan tetapi aroma yang pertama itu tak bisa
berbohong.
Seiring dengan lengan pengaduk
yang berputar untuk mendinginkan biji-biji kopi yang baru saja keluar, suhu
dekat mesin sangrai naik. Anda bisa merasakan panas di wajah Anda sewaktu
berjalan mendekat ke tabung mesin. Suara kipas terasa berbeda karena
bantalan-bantalan itu tidak terlalu kena tekanan dan itu mengubah [ritme] suara
di dalam ruangan. Sebagaimana yang telah kita bahas, ranah bebunyian adalah
bagian penting dari dunia indrawi seorang juru sangrai. Ketika bantalan tabung
sangrai menyanyikan lagu yang berbeda—suatu lagu yang bersenandung bahwa tak
ada kopi di sekitar sana—kita para juru sangrai jadi tenang, sebab tahu bahwa
pada titik ini kita bebas dan bisa mengendurkan konsentrasi.
Mencatat
Setelah kopi-kopi itu mendingin, Anda menaruhnya ke dalam
lodong. Kemudian Anda menimbangnya dan membandingkan berat sebelum dan sesudah
sangrai. Karena menyangrai itu menguapkan kandungan air dalam kopi, tiap-tiap
gelondong sangrai kehilangan sekitar 13 hingga 18 persen berat. Untuk
menentukan penguapan air pada tiap gelondong sangrai, Anda hitung selisih
antara yang belum disangrai dan yang setelah sangrai lalu bagi angka tersebut
dengan berat kopi sebelum disangrai. Temukanlah persentase penyusutan berat ini
dan catatlah. Apakah 14 persen atau 14,5 persen? Apabila kemarin 14,8%, mengapa
hari ini berbeda? Cermatilah semua angka-angka itu—temperatur bawah, waktu
pecah biji pertama, dan persentase penyusutan air—dan dengan begitu, bilamana
gelondong sangrai ini ternyata amat bagus, juru sangrai lain bisa menduplikasi
hasil sangraian Anda.
Biji-biji yang selanjutnya akan
disangrai sudah Anda timbang, jadi ambillah dan lalu masukkan ke dalam corong. Anda
menyalakan api dan tunggu sampai tabung mencapai target suhu mula-mula sebelum
Anda menggelontorkan biji-biji tersebut. Sembari menunggu, Anda memindahkan
gelondong sangrai yang terakhir ke dalam kontainer mini, menimbangnya sekali
lagi, membubuhkan label, dan meneruskan ke tempat berikut. Selanjutnya,
kopi-kopi itu akan masuk ke mesin penyapu kerikil, yang akan membersihkan
kopi-kopi itu dari segala benda-benda asing berukuran kecil (: kerikil-kerikil,
logam-logam, kulit tanduk, cuilan semen) dengan cara hanya meloloskan dalam
suatu ruang hampa benda-benda yang berkepadatan setara kopi tetapi menyisihkan
yang berkepadatan setara logam atau batu-batu. Lalu para pengepak akan mengemas
kopi-kopi itu, memasukkan kemasan-kemasan kopi itu ke dalam suatu tas tangan
berwarna abu-abu cantik, dan mengunggah tas-tas itu ke dalam mobil boks
pengangkut.
Esok hari, kopi tersebut akan
diuji citarasa—oleh para juru sangrai dan para anggota staf terlatih, oleh para
manajer dan kepala barista, oleh para pengunjung yang kebetulan masuk ke ruang
uji citarasa, dan mungkin oleh khalayak ramai bilamana kopi tersebut diikutkan
dalam uji citarasa publik. Tiap orang akan secara metodis memberi catatan dalam
blanko uji citarasa. Dan sewaktu Anda datang pada esok pagi dan menyeduh kopi
tersebut, mungkin Anda akan menguji citarasa kopi tersebut dan meninjau ulang
catatan-catatan Anda untuk mengevalusi proses sangrai Anda dan apakah ada yang
perlu diperbaiki.
Mengakhiri
Apabila Anda sudah terlalu lama memegang mesin sangrai, barangkali
Anda akan dengan mudah lupa ke mana tujuan akhir kopi yang Anda ciptakan itu.
Anda masuk ke dalam suatu lingkar laku hafalan atau, sebagaimana Sisifus,
selama-lamanya melulu mendorong bongkah batu ke atas bukit. Kopi yang Anda ciptakan
itu akan menempuh suatu perjalanan dalam beberapa hari ke depan. Kopi-kopi itu
akan dikirimkan ke toko-toko kopi. Orang-orang akan membeli kopi itu untuk
dibawa pulang atau dijadikan hadiah (semoga tidak kemudian disimpan di balik
kulkas agar bisa dinikmati pada suatu hari istimewa kelak). Orang-orang akan
terbangun pada malam hari dan menggapai-gapai menuju dapur mereka demi mencari
kekuatan dan penghiburan bahwa sesuatu yang nikmat bisa mereka dapatkan—dan
berharap bahwa kerepotan kecil membikin kopi mungkin mengubah ritme hari yang
penuh kesusahan menjadi hari yang semarak.
Sebagai juru sangrai, hidup Anda
secara kasar terbagi ke dalam 17 menit segmen—waktu yang cukup untuk memasukkan
kopi beras, menyangrainya, mengeluarkannya, mendinginkannya, dan menyiapkan
segala-galanya. Itu berarti, Anda punya dua puluh lima kesempatan per hari,
125 peluang dalam tiap minggu, dan 6.500 peluang dalam setahun untuk membuat
sesuatu jadi indah.
Diambil dari: James Freeman.
2014. The Blue Bottle Craft of
Coffee: Growing, Roasting, and Drinking, with Recipes. Berkeley, CA: Ten
Speed Press; diterjemahkan
oleh Ining Isaiyas.