Dari antara semua pulau
di Indonesia Sulawesi adalah yang membudidayakan kopi arabika mayoritas. Kopi
yang diproses baik memperlihatkan citarasa anggur buah, beberian, kacang, dan
rempah. Kopi ini acap kali terasa gurih dan sebagian berkadar keasaman rendah
serta bertekstur tebal.
Sulawesi
menyumbang hanya dua persen total panen kopi, dengan perkiraan kasar produksi
kopi arabika sejumlah 7.700 ton per tahun. Robusta juga ditanam, tetapi
kebanyakan untuk konsumsi Sulawesi sendiri daripada dijual ke luar.
Tanah
Sulawesi kaya akan kandungan besi dan di atas ketinggian pulau itu tumbuh
varietas Typica tua, S 795, dan Jember. Kebanyakan petani di Sulawesi adalah
petani kecil—hanya sekitar lima persen panen berasal dari perkebunan besar.
Giling basah merupakan proses pasca-panen tradisional yang diterapkan
sebagaimana di Sumatra. Proses ini menghasilkan biji kopi berjejak hijau tua,
warna klasik kopi Indonesia.
Beberapa
produsen mulai melakukan proses pasca-panen purna-basah dengan cara yang serupa
di Amerika Tengah—ini memberi nilai tambah produk mereka. Perkembangan ini
dipengaruhi oleh para pengimpor dari Jepang yang telah berinvestasi besar untuk
industri kopi Sulawesi untuk menjamin ketercapaian standar kualitas tinggi.
Tana Toraja
Sisi tengah dataran tinggi Sulawesi Selatan menghasilkan sebagian kopi terbaik dari pulau ini pada ketinggian 1.100-1.800 mdpl. Kopi ini dinamai mengikuti nama suku penduduk lokal.
Enrekang
Kabupaten Enrekang terletak di sisi selatan Toraja. Ibu kota kabupaten ini ialah Kalosi dan kebanyakan kopi spesial dari wilayah ini mengusung nama kota pasar yang historis ini.
Mamasa
Mamasa merupakan penghasil kopi yang kurang dikenal di sisi barat. Dengan kualitas arabika cemerlang yang menarik minat pembeli kopi spesial, Mamasa jelas akan jadi nama origin kopi.
Gowa dan Sinjal
Terletak di selatan Kalosi, area ini memproduksi lebih sedikit kopi. Sekitar 40 persen merupakan robusta. Ekspor kopi dari Sulawesi dikapalkan dari pelabuhan Makassar di sebelah barat Gowa.
Diambil dari Anette Moldvaer. 2014. Coffee Obsession. London: DK Publishing;
diterjemahkan oleh Ining Isaiyas
0 komentar :
Posting Komentar